nih sedikit pengetahuan tentang taenia saginata, saya copy dari dosen saya... inget ni bukan tulisan saya..tapi dosen saya,,,hhe... enjoy..
Taenia saginata
Pendahuluan
Cestoda adalah salah satu klass dari phyllum Plathyehelminthes, yang merupakan salah satu kelompok parasit pada ikan dan juga pada manusia. Parasit ini menyebabkan kerugian secara ekonomi terutama pada penurunan kualitas hasil perikanan, dan dapat merugikan kesehatan manusia. Studi tentang parasit cestoda pada ikan yang berhubungan dengan siklus hidupnya dan kesehatan manusia telah banyak dilakukan di negara maju yang berada di daerah sub tropis.
Taenia saginata atau cacing pita sapi baru dapat teridentifikasi secara jelas setelah pada tahun 1782 berkat Goeze dan Leuckart. Pada saat itu diketahui adanya hubungan antara infeksi cacing Taenia saginata dengan larva sistisercus bovis yang ditemukan pada daging babi dan daging sapi. Hospes definitive dari cacing pita Taenia saginata adalah manusia, sedangkan hewan memamah biak dari keluarga Bovidae, seperti sapi dan kerbau adalah hospes perantaranya . Nama penyakitnya disebut taeniasis Taenia saginata . Taenia saginata bersifat kosmopolit. Paling banyak terdapat di daerah Afrika, Timur Tengah, Eropa Barat, Meksiko dan Amerika Selatan .
Ukuran
cacing ini tergolong dalam kategori besar. Ukuran tubuhnya yang
panjang dapat mencapai 4 s.d. 12 meter. Terdiri dari kepala yang
disebut skoleks, leher dan strobila yang merupakan rangkaian
ruas-ruas proglotid sebanyak 1000 s.d. 2000 buah. Skoleks hanya
berukuran 1 s.d. 2 milimeter, mempunyai empat batil isap dengan
otot-otot yang kuat tanpa kait-kait. Bentuk leher sempit, ruas-ruas
tidak jelas dan di dalamnya tidak terlihat struktur tertentu.
Strobilus terdiri rangkaian proglotid yang teribagi menjadi tiga
bagian, proglotid yang belum dewasa (immature), dewasa (mature) dan
yang mengandung telur (gravid). Cacing pita termasuk sub kelas
cestoda, kelas cestoidean, filum platyhelminthes. Cacing dewasanya
menempati saluran usus vertebrata dan larvanya hidup di jaringan
vertebrata dan invertebrate. Bentuk badan cacing dewasa memanjang
menyerupai pita. Bentuknya pipih dorsoventral, tidak mempunyai alat
cerna atau saluran askular dan biasanya terbagi menjadi segmen-segmen
yang disebut proglotid yang apabila dewasa nanti, akan berisi
alat-alat reproduksi baik jantan maupun betina. Ujung-ujung bagian
anterior berubah menjadi sebuah alat pelekat, disebut skoleks.
Skoleks dilengkapi dengan alat penghisap dan kait-kait. Spesies
penting yang dapat menimbulkan kelainan pada manusa umumnya adalah :
Diphyllobothrium latum, Hymenolepis nana, Echinococcus granulosus,
Echinococcus multilocularis, Taenia saginata, dan Taenia
solium.Sifat-sifat umum untuk sub kelas ini antara lain, badan cacing
dewasa yang terdiri dari skoleks, leher dan strobila. Skoleks yaitu
kepala yang merupakan alat untuk melekatkan, dilengkapi dengan batil
isap atau dengan lekuk isap. Leher yaitu tempat pertumbuhan badan.
Dan strobila merupakan badan yang terdiri atass segmen-segmen yang
disebut proglotid. Tiap proglotid dewasa mempunyai susunan alat
kelamin jantan dan betina yang lengkap, keadaan ini disebut
hermafrodit.
Daur Hidup
Sebuah
proglotid gravid berisi kira-kira 100.000 buah telur. Pada saat
proglotid terlepas dari rangkaiannya dan menjadi koyak, terdapat
cairan putih susu yang mengandung banyak telur mengalir keluar dari
sisi anterior proglotid tersebut, terutama jika proglotid
berkontraksi pada saat bergerak. Telur-telur ini akan melekat
pada
rumput bersama dengan tinja, bila orang berdefekasi di padang rumput
atau karena tinja yang hanyut dari sungai pada saat banjir. Ternak
yang makan rumput ini akan terkontaminasi dan dihinggapi cacing
gelembung, karena telur yang tertelan bersama rumput tersebut akan
dicerna dan embrio heksakan akan menetas di dalam tubuh ternak.
Embrio heksakan yang menetas di saluran pencernaan ternak akan
menembus dinding usus, masuk ke saluran getah bening atau darah dan
ikut dengan aliran darah ke jaringan ikat di sela-sela otot untuk
tumbuh menjadi cacing gelembung yang disebut sistiserkus bovis, yaitu
larva Taenia saginata yang terbentuk setelah 12 s.d. 15 minggu.
Bila
cacing gelembung yang ada di otot hewan ini termakan oleh manusia,
karena proses pemasakan yang tidak atau kurang matang, maka skoleknya
akan keluar dari cacing gelembung dengan cara evaginasi. Skolek akan
melekat pada mukosa usus halus seperti jejunum. Cacing Taenia
saginata dalam waktu 8 s.d. 10 minggu akan menjadi dewasa.
Telur
dilepaskan bersama proglotid atau tersendiri melalui lubang uterus.
Embrio di dalam telur disebut onkosfer berupa embrio heksakan yang
tumbuh menjadi bentuk infektif dalam hospes perantara. Infeksi
terjadi jika menelan larva bentuk infektif atau menelan telur. Pada
Cestoda dikenal dua ordo, yang pertama Pseudophyllidea dan yang kedua
adalah Cyclopyllidea.
Patologi dan Gejala Klinis
Gejala
yang sering muncul pada penderita cacing pita Cestoda adalah perut
mulas tanpa sebab, nafsu makan menurun, mual, kekurangan gizi, berat
badan menurun. Telur cacing pita babi bisa menetas di usus halus,
lalu memasuki tubuh atau struktur organ tubuh., sehingga muncul
penyakit Cysticercosis, cacing pita cysticercus sering berdiam di
jaringan bawah kulit dan otot, gejalanya mungkin tidak begitu nyata ;
tetapi kalau infeksi cacing pita Cysticercus menjalar ke otak, mata
atau ke sumsum tulang akan menimbulkan efek lanjutan yang parah.
Infeksi
oleh cacing pita genus Taenia di dalam usus biasanya disebut
Taeniasis. Ada dua spesies yang sering sebagai penyebab-nya, yaitu
Taenia solium dan Taenia saginata. Menurut penelitian di beberapa
desa di Indonesia, angka infeksi taenia tercatat 0,8–23%.,
frekuensinya tidak begitu tinggi. Namun demikian, cara penanganannya
perlu mendapat perhatian, terutama kasus-kasus taeniasis Taenia
solium yang sering menyebabkan komplikasi sistiserkosis.
Cara
infeksinya melalui oral karena memakan daging babi atau sapi yang
mentah atau setengah matang dan me-ngandung larva cysticercus. Di
dalam usus halus, larva itu menjadi dewasa dan dapat menyebabkan
gejala gastero- intestinal seperti rasa mual, nyeri di daerah
epigastrium, napsu makan menurun atau meningkat, diare atau
kadang-kadang konstipasi. Selain itu, gizi penderita bisa menjadi
buruk se-hingga terjadi anemia malnutrisi. Pada pemeriksaan darah
tepi didapatkan eosinofilia. Semua gejala tersebut tidak spesifik
bahkan sebagian besar kasus taeniasis tidak menunjukkan gejala
(asimtomatik).
Cacing
dewasa Taenia saginata biasanya menyebabkan gejala klinis yang
ringan, seperti sakit ulu hati, perut merasa tidak enak, mual,
muntah, mencret, pusing atau gugup. Gejala-gejala tersebut disertai
dengan ditemukannya proglotid cacing yang bergerak-gerak lewat dubur
bersama dengan atau tanpa tinja. Gejala yang lebih berat dapat
terjadi, yaitu apabila proglotid menyasar masuk apendiks, atau
terdapat ileus yang disebabkan obstruksi usus oleh strobilla cacing.
Berat badan tidak jelas menurun. Eosinofilia dapat ditemukan di darah
tepi.
Meskipun
infeksi ini biasanya tidak menimbulkan gejala, beberapa penderita
merasakan nyeri perut bagian atas, diare dan penurunan berat
badan.
Kadang-kadang penderita bisa merasakan keluarnya cacing
melalui duburnya.
Diagnosis
Diagnosis
biasanya ditegakkan berdasarkan ditemukannya cacing di dalam tinja.
Sepotong selotip ditempelkan di sekeliling lubang dubur, lalu dilepas
dan ditempelkan pada sebuah kaca obyek dan diperiksa dibawah
mikroskop untuk melihat adanya telur parasit. Melalui mikroskop
memeriksa sample tinja apakah ada telur cacing parasit, ookista
protozoa dan takizoit.
Diagnosa
dapat ditegakkan berdasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan
laboratorium. Anamnesis: penderita pernah mengeluarkan benda pipih
berwarna putih seperti “ampas nangka” bersama tinja atau keluar
sendiri dan bergerak-gerak. Benda itu tiada lain adalah potongan
cacing pita (proglotid). Cara keluarnya proglotid Taenia solium
berbeda dengan Taenia saginata. Proglotid Taenia solium biasanya
keluar bersama tinja dalam bentuk rangkaian 5–6 segmen. Sedangkan
Taenia saginata, proglotidnya keluar satu-satu bersama tinja dan
bahkan dapat bergerak sendiri secara aktif hingga keluar secara
spontan.
Pemeriksaan laboratorium
Secara
makroskopis (melihat tanpa menggunakan alat), yang diperhatikan dalam
hal ini adalah bentuk proglotidnya yang keluar bersama tinja.
Bentuknya cukup khas, yaitu segiempat panjang pipih dan berwarna
putih keabu-abuan.
Pemeriksaan
secara mikroskopis untuk mendeteksi telurnya dapat dikerjakan dengan
preparat tinja langsung (directsmear) memakai larutan eosin. Cara ini
paling mudah dan murah, tetapi derajat positivitasnya rendah. Untuk
mendapatkan hasil positivitas yang lebih tinggi, pemeriksaan
dikerjakan dengan metoda konsentras (centrifugal flotation) atau
dengan cara perianal swab memakai cellophane tape.
Gambar
5: Proglotid mature/gravid Taenia saginata
Jika
hanya menemukan telur dalam tinja, tidak bisa dibedakan taeniasis
Taenia solium dan taeniasis Taenia saginata. Agar dapat
membedakannya, perlu mengadakan pemeriksaan scolex dan proglotid
gravidnya. Scolex dan proglotid gravid dibuat preparat permanen
diwarnai dengan borax carmine atau trichrome, kemudian dilihat di
bawah mikroskop. Dengan memperhatikan adanya kait-kait (hooklet) pada
scolex dan jumlah percabangan lateral uterusnya, maka dapat dibedakan
spesies Taenia solium dan Taenia saginata. Pada scolex Taenia solium
terdapat rostellum dan hooklet, sedangkan pada Taenia saginata tidak
terdapat. Percabangan lateral uterus Taenia solium jumlahnya 7–12
buah pada satu sisi, dan Taenia saginata 15-30 buah.
Ada
cara yang lebih sederhana untuk memeriksa proglotid gravid, yaitu
dengan memasukkan proglotid itu ke dalam larutan carbolxylol 75%.
Dalam waktu satu jam, proglotid menjadi jernih dan percabangan
uterusnya tampak jelas. Cara lainnya yang paling sederhana dan
gampang dikerjakan ialah dengan menjepitkan proglotid yang masih
segar di antara dua objek gelas secara pelan dan hati-hati. Proglotid
akan tampak jernih dan percabangan uterusnya yang penuh berisi telur
tampak keruh. Pemeriksaan bisa gagal apabila percabang- an uterusnya
robek dan semua telurnya keluar .
Pengobatan
Cara
pengobatan berbagai penyakit parasit usus berbeda, harus memakai obat
cacing menurut resep dokter. Obat-obat untuk memberantas cacing pita
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu taeniafuge dan taeniacide.
Taeniafuge ialah golongan obat yang menyebabkan relaksasi otot cacing
sehingga cacing menjadi lemas. Contohnya: kuinakrin hidroklorid
(atabrin), bitionol dan aspidium oleoresin. Pemakaian obat ini mutlak
memerlukan purgativa untuk mengeluarkan cacingnya. Sedangkan
taeniacide adalah golongan obat yang dapat membunuh cacing.
Contohnya: niklosamid (yomesan), mebendazol dan diklorofen. Pemakaian
obat ini tidak mutlak memerlukan purgativa.
Tujuan
pengobatan taeniasis ialah untuk mengeluarkan semua cacing beserta
scolex-nya dan juga mencegah terjadinya sistiserkosis, terutama pada
kasus taeniasis Taenia solium. Obat-obat yang kini lazim dipakai
adalah niklosamid dan mebendazol. Sedangkan kuinakrin hidroklorid dan
aspidium oleoresin walaupun cukup efektif, tetapi karena bersifat
toksik maka sekarang jarang dipakai. Selain itu, ada beberapa obat
tradisional yang cukup ampuh buat membasmi cacing pita, yaitu biji
labu merah dan getah buah manggis muda.
Niklosamid
hingga saat ini masih dianggap obat paling baik untuk taeniasis dari
segi efektivitasnya. Obat tersedia dalam bentuk tablet 500 miligram.
Dosis dan cara pemberian: 2 gram dibagi dua dosis dengan interval
pemberian 1 jam. Obat harus dikunyah sebelum diminum. Dua jam setelah
pemberian obat, penderita diberi minum purgativa magnesiumsulfat 30
gram untuk mencegah terjadinya sistiserkosis. Keuntungan dari obat
ini ialah tidak memerlukan persiapan diet ataupun puasa, dan efek
sampingnya juga ringan. Namun menurut pengalaman penulis, efektivitas
obat ini akan lebih baik apabila penderita dipuasakan sebelum
meminumnya. Angka kesembuhan tercatat 95% lebih. Kerugiannya: obat
ini tidak beredar resmi di pasaran sehingga sulit didapatkan. Di
samping itu harganya pun mahal.
Agaknya
mebendazol merupakah salah satu taeniacide yang mempunyai masa depan
cerah dan kini masih dalam penyelidikan. Mebendazol adalah
anthelmintik berspektrum lebar. Dosisnya 300 miligram dua kali sehari
selama tiga hari berturut-turut. Dua hari setelah pengobatan,
penderita diberi minum purgativa magnesiumsulfat 30 gram, terutama
pada kasus taeniasis Taenia solium untuk mencegah terjadinya
sistiserkosis. Menurut beberapa hasil penelitian, angka kesembuhan
tercatat 50 — 100%. Dilaporkan pula bahwa efek samping obat ini
sangat ringan. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, beberapa
peneliti menganjurkan dosis lebih tinggi (sampai 1200 miligram per
hari selama lima hari). Praktek pengobatan taeniasis dengan
mebendazol cukup memuaskan. Namun beberapa peneliti masih
menyangsikan keampuhan mebendazol, bahkan ada yang melaporkan gagal
sama sekali. Dengan demikian, efektivitas mebendazol pada taeniasis
masih perlu diselidiki lebih lanjut (Ketut Ngurah, 1987). Tinja
diperiksa kembali setelah 3 dan 6 bulan untuk memastikan bahwa
infeksi telah terobati.
Obat
alternative untuk infeksi tenia ada yang dalam bentuk obat alami.
Obat alami atau obat tradisional ini antara lain dengan mengkonsumsi
biji labu merah, biji pinang dan lain-lain.
Pencegahan
Cara
untuk mencegah agar tidak menderita gangguan yang disebabkan oleh
Taenia saginata antara lain sebagai berikut :
Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan dagiikan), buah dan melon dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air.
Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.
Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan menjelang makan atau sesudah buang air besar.
Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari sumber air.
Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus secara rutin diadakan pemeriksaan parasit, sedini mungkin menemukan anak yang terinfeksi parasit dan mengobatinya dengan obat cacing.
Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan berobat ke rumah sakit.
Meski kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala sama sekali, tetapi mereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain, dan telur cacing akan secara sporadik keluar dari tubuh bersama tinja, hanya diperiksa sekali mungkin tidak ketahuan, maka sebaiknya secara teratur memeriksa dan mengobatinya.
Epidemiologi
Cacing
Taenia saginata sering ditemukan di Negara yang penduduknya banyak
makan daging sapi atau kerbau. Cara penduduk memakan daging tersebut
yaitu matang, setengah matang atau bahkan mentah sama sekali tanpa
proses pemasakan. Cara makan dan cara memelihara ternak inilah yang
kemudia menjadi berperan dalam proses terjadinya infeksi cacing
Taenia. Ternak yang dilepas di padang rumput lebih mudah dihinggapi
cacing gelembung tersebut, daripada ternak yang dipelihara dan
dirawat dengan baik di kandang secara tertutup. Pencegahan dapat
dilakukan antara lain dengan cara mendinginkan daging yang akan
dikonsumsi sampai suhu -10 derajat Celsius, iradiasi dan memasak
daging sampai matang.
DAFTAR
PUSTAKA
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus