nich yang kedua...
ni tentang Media Reagensia.....
Media dan Reagensia adalah suatu bidang studi yang dalam pembelajarannya membahas tentang persyaratan-persyaratan dan bagaimana cara menguji suatu bahan. Namaun, untuk semester satu ini kita hanya akan mempelajari tenteng Reagensia. Adapun pengertian dari reagensia itu sendiri adalah suatu zat atau senyawa atau larutan dalam konsentrasi tertentu yang digunakan untuk mengetahui penjelasan dari suatu analisa. Misalnya : benedict, Kapur, Natrium Hidroksida (NaOH) Asam Sulfat (H2SO4), dll.
Berdasarkan jenisnya, reagensia itu sendiri terbagi dalam dua kelompok, yaitu:
1.Reagensia Kualitatif
Reagen dalam pembuatannya tidak memerlukan ketelitian yang tinggi, pengukuran volume dan beratnya tidak harus menggunakan neraca analitik, tidak menunutut digunakan bahan kimia yang murni ataupun menggunakan alat-alat gelas tertentu. Misalnya : Amylum, Asam Sulfat (H2SO4), dll.
2.Reagensia Kuntitatif
Reagen yang dalam pembuatanya memrlukan ketelitian yang tinggi, penimbanagnnya harus menggunakan neraca analitik dan pengukurannya harus dengan alat ukur kuantitatif. Misalnya : Natrium Hidroksida (NaOH), Asam Oksalat (H2C2O4), K2Cr2O7, dll.
Dalam pembelajaran Media dan Reagensia, seorang calon analis harus mampu dalam mengenali bentuk-bentuk bahan kimia, jenis-jenis bahan kimia, kulitas bahan kimia, ataupun macam-macam logo dalam bahan kimia itu sendiri, sehingga dilapangannya nanti bias bekerja dengan baik dan benar. Adapun pembahasannya adalah sebagai berikut :
A.Bentuk-bentuk bahan kimia, yaitu :
1.Padat seperti butiran, granula, serbuk halus atau kasar, kristal, dan kepingan.
2.Cair, kenyataannya bahwa bahan kimia cair itu mempunyai kadar atau kerapatan massa.
3.Gas
B.Jenis-jenis bahan kimia, yaitu :
1.Asam
Berdasarkan Teori Arhenius, Asam dalah suatu senyawa yang dapat menghasilkan ion hydrogen (H) atau ion hidronium (H2O) bila dilarutkan dalam air.
Berdasarkan Teori Bronsted Lowry, Asam adalah senyawa yang molekul-molekulnya mampu menyerahkan proton (donor proton).
2.Basa
Berdasarkan Teori Arhenius, basa adalah suatu senyawa yang dapat menghasilkan ion hidroksida (OH) bila dilarutkan.
Berdasarkan Teori Bronsted Lowry, Basa adalah senyawa yang molekul-molekulnya mampu menerima proton atau akseptor proton.
3.Garam
Senyawa yang terbentuk dan reaksi kimia anatara basa dan asam yang memenuhi hukum-hukum kimia.
C.Kualitas bahan kimia, yaitu :
1.Teknis
Ciri-cirinya :
Harga relative murah
Tigkat kemurniannya rendah
Digunakan dalam dunia industri (non analisa)
2.Pro Analisa (PA)
Ciri-cirinya :
Harga yang lebih mahal
Tingkat kemurniannya tinggi
Digunakan dalam Laboratorium Analisa
D.Macam-macam logo dalam bahan kimia, yaitu :
1.Iritasi atau Irritant
2.Beracun atau Toxic
3.Mudah Meledak atau Oxidizing
4.Kerusakan Lingkungan
5.Kebakaran atau Flammable
6.Korosif atau Corrosive For Human
7.Radiasi
Selain itu, seorang analis juga harus mengetahui dan memahami tentang larutan karena ini akan sangat berkaitan dalam pembutan reagen. Pengertian larutan itu sendiri adalah :
1.Sistem homogen yang komposisinya variasi
2.Campuran homogen antara zat (padat atau cair) dengan suatu pelarut
3.Campuran homogen antara solute dan solven, dimana solut itu zat (padat atau cair) yang terlarut dan solven itu pelarutnya.
Sehingga konsentrasi larutan adalah jumlah zat terlarut (solute) dan pelarutnya (solven). Adapun satuan konsentrasi larutan adalah sebagai berikut :
1.Molaritas (M)
Molaritas adalah banayk mol solute dalam satu liter solven atau nayak milimol solute dala satu milliliter solven.
Rumusnya :
M = W x 1000 Keterangan :
Mr V M : Molaritas
W : Massa (gr)
Mr : Massa Molekul Relatif
V : Volume (ml)
2.Molalitas (m)
Molalitas adalah jumlah mol solute dalam tiap 1000 gram solven.
Rumusnya :
m = W x 1000 Keterangan : M : Molaritas
Mr P W : Massa (gr)
Mr : Massa Molekul Relatif
P : Massa pelarut (gr)
3.Normalitas (N)
Normalitas adalah banyak grek solute dalam satu liter solven.
Rumusnya :
N = % x BJ x V Keterangan : N : Normalitas
BE BJ : Berat Jenis
BE : Berat Ekuivalen
V : Volume
% : Konsentrasi
4.Persen (%)
a.% berat (% W)
Rumusnya :
%W = W1 x 100% Keterangan :
W1 + W2 W1 : Gram zat terlarut
W2 : Gram pelarut
b.% volume (% V)
Rumusnya :
%V = V1 x 100% Keterangan :
V1 + V2 V1 : Volume zat terlarut
V2 : Volume pelarut
c.% berat/volume (% W/V)
Rumusnya :
%W/V = W x 100% Keterangan :
V W : Gram zat terlarut
V : ml larutan
d.% volume/berat (%V/W)
Rumusnya :
%V/W = V x 100% Keterangan :
W V : ml larutan
W : Gram zat terlarut
5.PPM (Part Per Million)
PPM terbagi dalam dua jenis yaitu :
a.PPM padat dalam padat (mg/kg)
b.PPM padat dalam cair (mg/L)
Rumusnya :
PPM = Ar x Penimbangan (mg) x 1000
Mr V
Keterangan : Ar : Atom relatif
Mr : Massa relatif
V : Volume
6.Larutan Jenuh dan Tak Jenuh
a.Larutan Jenuh adalah larutan yang masih dapat melarutkan solute.
b.Larutan Tak Jenuh adalah larutan yang tidak dapat lagi melarutkan solute.
Jenis reagensia kuantitatif yang dipergunakan untuk analisa kadar suatu alat pada metode volumetric (titrimetri) disebut larutan baku. Larutan baku adalah larutan dimana konsentrasinya diketahui dengan tepat sehingga dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain atau analat yang belum diketahui. Berdasarkan jenisnya, larutan baku itu sendiri terbagi menjadi dalam dua kelompok yaitu:
1.Larutan Baku Primer
Merupakan suatu larutan yang buat secara teliti dengan melarutkan sejumlah tertentu baku primer dalam volume tertentu yang konsentrasinya dapat langsung diketahui.Misalnya : Natrium morida, Natrium karbonat, Natrium tetra borat, Kalium biftalat, Asam oxalate, Kalim klorida, Kalium bikromat, Kalium iodate, dll.
Syarat-syarat dari larutan baku primer adalah :
Stabil bila disimpan, mudah dimurnikan
Tingkat kemurniannya tinggi
Hendaknya memiliki bobot ekuivalen yang besar
2.Larutan Baku Sekunder
Merupakan suatu larutan yang dibuat secara teliti baik secara penimbangan maupun pelarutannya dan harusdilakukan standarisasi karena bahannya tidak stabil. Misalnya : Natrium hidroksida, Asam sulfat, Kalium hidroksida, Perak Nitrat, Kalium rhodanida, Natrium thiosulfat, Iodium, Kalium permanganate, EDTA, dll.
Terakhir seorang analis juga perlu mengetahui peralatan, proses, dan keselamatan kerja di laboratorium dan ini merupakan dasar pengetahuan seseorang yang yang bekerja di laboratorium. Maka :
Hal yang pertama yang perlu dilakukan di laboratorium, yaitu :
1.Gunakan peralatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata, jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup melindungi kaki.
2.Dilarang memakai perhiasan yang dapar rusak karena bhan kima.
3.Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu yang berhak tinggi.
4.Wanita atau pria yang berambut panjang harus diikat.
Bekerja aman dengan bahan kimia, yaitu :
1.Hindari kontak langsung dengan bahan kima
2.Hindari menghisap langsung uap bahan kima
3.Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus
4.Bahan kimia dapat bereksi langsung dengan kulit yang dapat menimbulkan iritasi
Cara memindahkan bahan kimia, yaitu :
1.Baca label bahan kimia sekurang-kurangnya 2 kali untuk menghindari kesalahan
2.Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan
3.Jangan menggunakan bahan kimia secara berlebihan
4.Janagn mengembalikan bahan kimia ke dalam wadah yang asli setelah digunakan
Cara memindahkan bahan kimia cair, yaitu :
1.Tutup botol dibuka dan dipegang dengan jari tangan sekaligus telapak tanagn memegang botol tersebut
2.Tutup botol jagang diletakkan di atas meja karena isi botol dapat terkotori
3.Pindahkan cairan melalui batang pengduk untuk mengalirkan agr tidak memercik
Cara memindahkan bahan kima padat, yaitu :
1.Gunakan tutup botol untuk mengatur pengeluaran bahan kimia
2.Janagn mengeluarkan bahan kimia secara berlebihan
3.Pindahkan sesuai keperluan tanpa menggunakan sesuatu yang dapat mengotori bahan tersebut
Cara memanaskan larutan menggunakan gelas kimia, yaitu :
1.Gunakan kaki tiga dan kawat kasa untuk menopang gelas kimia tersebut
2.Letakkan batang gelas di atas kawat kasa
Cara memanaskan larutan menggunakan tabung reaksi, yaitu :
1.Isi suatu zat atau senyawa dalam tabung reaksi minimal sepertiganya
2.Mamanaskannya diarahkan ke tempat yang tidak ada orang
3.Menggunakan penjepit tabung untuk memanaskan
Pemeriksaan label bahan kimia, yaitu :
Pemeriksaan sangat penting untuk menghindari kesalahan dalam mencampur zat. Banyak zat yang memiliki label yang mirip satu sama lainnya, namun berbeda dalam beberapa bagian seperti, komposisi, wadah, dll.
REAGEN-REAGEN DALAM LABORATORIUM KIMIA AMAMI
Praktek Pembuatan Reagen
1.HCl 2% dari HCl 37% dalam 100 ml
Perhitungan : V1 x C1 = V2 x C2
100 x 2% = V2 X 37%
V2 = 5,4 ml
Cara membuat :
Masukkan HCl sebanyak 5,4 ml ke dalam beaker yang telah berisi aquadest ± 25 ml
Add kan aquadest sampai 100 ml, lalu aduk sampai homogen
Masukkan ke dalam botol reagen, dan beri etiket.
2.NaOH 0,1 N dalam 500 ml
Perhitungan : gr = N x V x BE
= 0,1 x 0,5 x 40
= 2 gram
Cara membuat :
Timbang NaOH sebanyak 2 gram lalu masukkan ke dalam beaker glass
Tambahkan aquadest sebanyak 500 ml, aduk hingga homogen
Masukkan ke dalam botol reagen, dan beri etiket.
3.KMnO4 0,1 N dalam 500 ml
Perhitungan : gr = N x V x BE
= 0,1 x 0,5 x 158
= 7,9 gram
Cara membuat :
Timbang KMnO4 sebanyak 7,9 gram lalu masukkan ke dalam labu ukur
Tambahkan aquadest hingga 500 ml dengan menggunakan corong glass
Larutkan hingga homogen
Masukkan ke dalam botol reagen sambil disaring menggunakan kertas saring, dan beri etiket.
4.Buffer Ph 4
Komposisi : Na sitrat (CH3COONa) : 40 gr
Asam sitrat (CH3COOH) : 26 gr
Aquadest : 400 ml
Cara membuat :
Timbang asam sitrat dan Na sitrat sebanyak 26 gram dan 40 gram
Masukkan ke dalam beaker glass
Tambahkan aquadest sampai 400 ml, lalu aduk hingga homogen
Masukkan ke dalam botol reagen, dan beri etiket.
5.Luff Schrool, berfungsi untuk analisa kadar gula reduksi
Komposisi : CuSO4 : 25 gr
Na2CO3 : 125 gr
CH3COOH : 50 gr
Aquadest : 1000 ml
Cara membuat :
Bagi semua bahan menjadi 2, larutan A dan larutan B
Masukkan CH3COOH ke dalam beaker glass yang berisi aquadest sebanyak 50 ml secara perlahan-lahan
Larutan A : masukkan CuSO4 sebanyak 25 gram ke dalam beaker glass, lalu tambahkan aquadest sebanyak 25 ml
Larutan B : panaskan aquadest 400 ml, setelah panas masukkan Na2CO3 sebanyak 125 gram ke dalam beaker glass, lalu aduk hingga homogen
Campurkan larutan CH3COOH dan larutan CuSO4 ke dalam larutan Na2CO3 secara perlahan-lahan sambil diaduk hingga homogen
Pindahkan larutan ke dalam labu ukur dengan menggunakan corong glass, lalu add kan sampai 1000 ml.
6.Indikator PP (Phenol Ptialin) 1%
Komposisi : PP : 1 gr
Alcohol 96% : 60 ml
Aquadest
Cara membuat :
Timbang PP sebanyak 1 gram lalu masukkan ke dalam beaker glass
Tambahkan alcohol 96% sebanyak 60 ml, aduk hingga homogen
tambahkan aquadest hingga larutan menjadi 100 ml, lalu homogenkan
masukkan ke dalam botol reagen, dan beri etiket.
7.Indikator Amylum 1%
Cara membuat :
Timbang amylum sebanyak 1 gram lalu masukkan ke dalam beaker glass
Tambahkan aquadest ke dalam beaker glass sebanyak 100 ml, dan homogenkan
Panaskan larutan amylum dengan spritus hingga bening, dinginkan
Masukkan ke dalam botol reagen, dan beri etiket.
BAB II
PEMBAHASAN
B. PEMBUATAN REAGENSIA YANG DIGUNAKAN DI LABORATORIUM PARASITOLOGI
1. PEMBUATAN REAGEN FORMALIN 10-20 %
Fungsinya : Untuk pengawetan telur cacing.
Komposisi :
Formalin 37%
Aquadest 100 ml
Perhitungan :
Dik: C1 : 10%
V1 : 100 ml
C2 : 37%
Dit : V2 :……?
Jwb :
C1 x V1 = C2 x V2
10% x 100 ml = 37% x V2
37 V2 = 1000
V2= 27,02 ml
Cara Pembuatan :
Ambil sebanyak 27,02 ml formalin 37% yang belum diencerkan, kemudian masukkan ke dalam beaker glass.
Di add kan aquadest sampai 100 ml ke dalam beaker glass yang berisi formalin tadi. Lalu homogenkan dengan menggunakan batang pengaduk.
Setelah homogen, masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
2. PEMBUATAN REAGEN LUGOL
Fungsinya : Untuk pemeriksaan bentuk kista protozoa.
Komposisi :
Iodium 1 gram
Kalium Iodium 2 gram
Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan :
Timbang Iodium sebanyak 1 gram dan Kalium Iodium 2 gram dengan menggunakan neraca elektrik dan gelas arloji.
Masukkan ke dalam lumpang, lalu digerus.
Kemudian tambahkan sedikit demi sedikit aquadest sambil diaduk.
Lalu larutan tadi dipindahakan ke dalam beaker glass, add kan dengan aquadest 100 ml kemudian disaring setelah 24 jam.
3. PEMBUATAN REAGEN NaCl
Fungsinya : Untuk pemeriksaan bentuk kista dan vegetatif protozoa.
Komposisi :
NaCl 0,9 gram
Aquadest 100 ml
Perhitungan :
NaCl 0,9% = 0,9 x 100: 100
= 0,9 gram
Cara Pembuatan :
Timbang NaCl 0,9 gram dengan menggunakan nerca elektrik dan gelas arloji.
Masukkan ke dalam beaker glass.
Add kan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
4. PEMBUATAN REAGEN EOSIN 2 %
Fungsinya : Untuk pemeriksaan bentuk kista dan vegetatif protozoa
Komposisi :
Eosin 2 gram
Aquadest 100 ml
Perhitungan :
Eosin 2% = 2 x 100
100
= 2 gram
Cara Pembuatan :
Timbang Eosin 2 gram dengan menggunakan neraca elektrik dan gelas arloji.
Masukkan ke dalam beaker glass.
Add kan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
5. PEMBUATAN REAGEN ALKOHOL 70 %
Fungsinya : Agar pada pembuatan sediaan semi permanen tidak terbentuk gelembung diantara miselium-miselium jamur.
Komposisi :
Alkohol 73 ml
Aquadest 100 ml
Perhitungan :
Dik: C1 : 70%
V1 : 100 ml
C2 : 96%
Dit : V2 :……?
Jwb :
C1 x V1 = C2 x V2
70% x 100 ml = 96% x V2
96 V2 = 1000
V2 = 72,9 ml
V2 = 73 ml
Cara Pembuatan :
Pipet Alkohol 96% sebanyak 73 ml.
Masukkan ke dalam beaker glass.
Add kan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
C. PEMBUATAN REAGENSIA YANG DIGUNAKAN DI LABORATORIUM MIKOLOGI
1. PEMBUATAN REAGEN KOH 10-20 %
Fungsinya : Untuk melisiskan atau melarutkan sel-sel epitel jamur mudah dilihat.
Komposisi :
Kristal KOH 10-20 gram
Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan :
Timbang Kristal KOH 10-20 gram dengan menggunakan neraca elektrik dan gelas arloji.
Masukkan ke dalam beaker glass.
Add kan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
2. PEMBUATN REAGEN LACTO PHENOL COTTON BLUE
Fungsinya :-Untuk pewarnaan pembuatan preparat jamur
-Untuk membunuh jamur
Komposisi :
Kristal Phenol 20 gram
Asam Laktat 20 ml
Gliserol 40 ml
Aquadest 20 ml
Cara Pembuatan :
Semua bahan dicampur di dalam labu erlenmeyer diatas uap air panas didalam penangas sampai larut sempurna. Akan terbentuk larutan Lakto Phenol yang berwarna jernih atau kuning jernih
Bila akan membuat LPCB maka larutan Lacto Phenol ditambahkan bubuk Cotton Blue didalamnya atau tinta warna biru secukupnya.
3. PEMBUATAN MEDIA SABARAUD DEKSTROSA AGAR
Fungsinya : - Untuk membiakkan jamur
Komposisi :
Dekstrosa / Glukosa 40 gram
Pepton 10 gram
Agar 20 gram
Aquadest 1000 ml
Cara Pembuatan :
Semua bahan dimasukkan ke dalam labu erlenmayer dan dilarutkan diatas api sampai larut sempurna.
Media dapat langsung disterilisasi di dalam autoclave selam 30 menit dengan tekanan 1 atm.
Untuk membuat agar miring, larutan media dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 10-15 ml baru disterilisasi dan didinginkan dengan cara ditidurkan dengan posisi bagian mulut tabung lebih tinggi. Media dibiarkan dingin dan membeku. Media disimpan didalam suhu 4’ C.
D. PEMBUATAN REAGENSIA UNTUK PEMERIKSAAN URINE RUTIN ( KIMIA KLINIK )
1. PEMBUATAN REAGEN ASAM SULFOSALISIL 20%
Fungsinya : Untuk pemeriksaan protein urine.
Komposisi :
Asam Sulfosalisil 20 gram
H2O 100 ml
Perhitungan :
Asam Sulfosalisil 20 % = 20 x 100
100
= 20 gram
Cara Pembuatan :
Timbang Asam Sulfosalisil 20 gram dengan menggunakan nerca elektrik dan gelas arloji.
Masukkan ke dalam beaker glass.
Add kan dengan H2O sampai 100 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
2. PEMBUATAN REAGEN BANG
Fungsinya : Untuk pemeriksaan protein urine.
Komposisi :
Asam Cuka Glasial 56,5gram
Natrium Sitrat 118 gram
Aquadest 100 ml
3. PEMBUATAN REAGEN BENEDICT
a. Reagen Benedict Kualitatif
Fungsinya : Untuk pemeriksaan reduksi urine.
Komposisi :
CuSO4.5H2O 17,3 gram
Natrium Sitrat 173 gram
Natrium Karbonat 100 gram
Aquadest 1000 ml
Cara Pembuatan :
Timbang semua bahan dengan menggunakan neraca elektrik dan gelas arloji.
Masukkan semua bahan ke dalam beaker glass
Lalu homogenkan dengan batang pengaduk
Masukkan ke dalam waterbath yang sudah dipanaskan
Aduk hingga larutan tersebut panas
Dinginkan dan masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket
b. Reagen Benedict Kuantitatif
Fungsinya : Untuk pemeriksaan reduksi urine.
Komposisi :
CuSO4.5H2O 18 gram
Natrium Sitrat 200 gram
Natrium Karbonat 100 gram
K(CN)5 125 gram
K4Fe(CN)6 5% 5 ml
Aquadest 1000 ml
Cara Pembuatan :
Timbang semua bahan dengan menggunakan neraca elektrik dan gelas arloji.
Masukkan ke dalam beaker glass
Tambahkan larutan K4Fe(CN)6 5% sebanyak 5 ml dan masukkan ke dalam beaker glass tadi
Homogenkan larutan tersebut, kemudian panaskan larutan tersebut pada waterbath
Dinginkan, lalu masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
4. PEMBUATAN REAGEN FEHLING A
Fungsinya : Untuk pemeriksaan reduksi urine.
Komposisi :
CuSO4. 5H2O 35 gram
Aquadest 1000 ml
Cara Pembuatan :
Timbang CuSO4.5H2O sebanyak 35 gram dengan menggunakan neraca elektrik dan gelas arloji.
Masukkan ke dalam beaker glass.
Add kan dengan aquadest sampai 1000 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
5. PEMBUATAN REAGEN FEHLING B
Fungsinya : Untuk pemeriksaan reduksi urine.
Komposisi :
Kalium Natrium Tartrat 173 gram
NaOH 60 gram
Aquadest 1000 ml
Cara Pembuatan :
Timbang kalium Natrium Tartrat sebanyak 173 gram dan NaOH sebanyak 60 gram dengan menggunakan nerca elektrik dan gelas arloji.
Masukkan ke dalam beaker glass.
Add kan dengan aquadest sampai 1000 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
6. PEMBUATAN REAGEN ESBACH
Fungsinya : Untuk pemeriksaan kadar protein.
Komposisi :
Asam Pikrat 2,5 gram
Asam Sitrat 5 gram
Aquadest 250 ml
Cara Pembuatan :
Timbang Asam Pikrat sebanyak 2,5 gram dan Asam Sitrat sebanyak 5 gram dengan menggunakan neraca elektrik dan gelas arloji.
Masukkan ke dalam beaker glass.
Add kan dengan aquadest sampai 250 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
7. PEMBUATAN REAGEN CAUSSE BONNANS
a. Causse Bonnans I
Fungsinya : Untuk pemeriksaan kadar glukose urine.
Komposisi :
CuSO4.5 H2O 35 gram
H2SO4 pekat 5 ml
Aquadest 1000 ml
b. Causse Bonnans II
Fungsinya : Untuk pemeriksaan kadar glukose urine.
Komposisi :
Kalium Ferro Tartrat 150 gram
NaOH 90 gram
Aquadest 1000 ml
c. Causse Bonnans III
Fungsinya : Untuk pemeriksaan kadar glukose urine.
Komposisi :
Kalium Ferro Sianida 50 gram
Aquadest 1000 ml
8. PEMBUATAN REAGEN STANDART GLUKOSA 0,5 %
Fungsinya : Untuk pemeriksaan glukose urine
Komposisi :
Glukose 50 gram
Aquadest 1000 ml
Perhitungan :
Glukosa 0,5 % = 0,5 x 1000
100
= 50 gram
Cara Pembuatan :
Timbang Glukosa 50 gram dengan menggunakan neraca elektrik dan gelas arloji.
Masukkan ke dalam beaker glass.
Add kan dengan aquadest sampai 1000 ml secara perlahan-lahan dan hati-hati, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
9. PEMBUATEN REAGEN SCHLESINGER
Fungsinya : Untuk pemeriksaan urobilin urine.
Komposisi :
Zinc Acetat 10 gram
Alkohol 96 % 100 ml
Perhitungan :
Berat gelas arloji = 32,22 gram
Berat zinc acetat = 10 gram
Total = 42,22 gram
Cara Pembuatan :
Timbang Zinc Acetat 10 gram dengan menggunakan neraca elektrik dan gelas arloji.
Masukkan ke dalam beaker glass.
Add kan dengan alkohol sampai 100 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
10. PEMBUATAN REAGEN ERLICH
Fungsinya : Untuk pemeriksaan urobilin urine.
Komposisi :
Paradimetil amino benzildehida 2 gram
HCl 38 % 50 ml
Aquadest 1000 ml
Cara Pembuatan :
Timbang paradimetil amino benzildehida 2 gram dengan menggunakan neraca elektrik dan gelas arloji.
Masukkan ke dalam beaker glass.
Pipet HCl 38 %sebanyak 50 ml, masukkan ke dalam beaker glass tadi.
Add kan dengan aquadest sampai 1000 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
11. PEMBUATAN REAGEN FOUCHEI
a. BaCl 10 %
Fungsinya : Untuk pemeriksaan bilirubin urine.
Komposisi :
BaCl2 10 gram
Aquadest 100 ml
Perhitungan :
BaCl2 10% = 10 x 100
100
= 10 gram
Cara Pembuatan :
Timbang BaCl2 10 gram dengan menggunakan neraca elektrik dan gelas arloji.
Masukkan ke dalam beaker glass.
Add kan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
b. Reagen Foucei
Fungsinya : Untuk pemeriksaan bilirubin urine.
Komposisi :
Asam Trichloro Acetat 25 gram
FeCl3 10 % 10 ml
Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan :
Pipet FeCl3 10 % sebanyak 10 ml ke dalam beaker glass lalu tambahkan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
Timbang asam trichloro acetat sebanyak 25 gram, lalu masukkan ke dalam larutan FeCl3 10 % tadi, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
12. PEMBUATAN REAGEN ROTHERA
a. Reagen Natrium Nitrofusid 5%
Fungsinya : Untuk pemeriksaan aseton urine.
Komposisi :
Natrium Nitrofusid 5% 5 gram
Aquadest 100 ml
Perhitungan :
Natrium Nitrofusid 5% = 5 x 100
100
= 5 gram
Cara Pembuatan :
Timbang Natrium Nitrofusid 5 gram dengan menggunakan neraca elektrik dan gelas arloji.
Masukkan ke dalam beaker glass.
Add kan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
b. Reagen Amoniak 10%
Fungsinya : Untuk pemeriksaan zat aseton urine.
Komposisi :
Amoniak 80 ml
Aquadest 100 ml
Perhitungan :
Dik: C1 : 25%
V2 : 200 ml
C2 : 10%
Dit : V2 :……?
Jwb :
C1 x V1 = C2 x V2
25% x V1 = 10% x 200 ml
25 V2 = 2000
V2 = 80 ml
Cara Pembuatan :
Pipet Amoniak 25% sebanyak 80 ml.
Masukkan ke dalam beaker glass.
Add kan dengan aquadest sampai 200 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
c. Reagen Larutan Jenuh Amonium Sulfat
Fungsinya : Untuk pemeriksaan aseton urine.
Komposisi :
Amonium Sulfat berlebih
Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan :
Masukkan aquadest sebanyak 100 ml ke dalam beaker glass.
Masukkan amonium sulfat menggunakan sendok stainless ke dalam beaker glass, lalu homogenkan.
Tambahkan terus amonium sulfat hingga larutan menjadi jenuh sambil diaduk rata.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
13. PEMBUATAN REAGEN ASAM ACETAT
Fungsinya : Untuk pemeriksaan kadar protein dalam urine.
Komposisi :
Asam Acetat 15 ml
Aquadest 250 ml
Perhitungan :
Dik: C1 : 6%
V1 : 100 ml
C2 : 100%
Dit : V2 :……?
Jwb :
C1 x V1 = C2 x V2
6% x 250 ml = 100% x V2
1500 = 100 V2
100 V2 = 1500 ml
V2 = 15 ml
Cara Pembuatan :
Ambil asam acetat sebanyak 15 ml, masukkan ke dalam beaker glass kemudian pindahkan ke dalam gelas ukur.
Masukkan sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur kemudian masukkan asam acetat tadi ke dalam labu ukur melalui corong gelas.
Add kan dengan aquadest sampai 250 ml, lalu kocok perlahan hingga homogen.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
14. PEMBUATAN REAGEN SULCOWICH
Fungsinya : Untuk pemeriksaan kalsium urine.
Komposisi :
Asam Laktat 2,5 gram
Amonium Oxalat 2,5 gram
Asam Acetat Glasial 5 ml
Aquadest 150 ml
Cara Pembuatan :
Timbang Asam Laktat 2,5 gram dan Amonium Oxalat 2,5 gram dengan menggunakan neraca elektrik dan gelas arloji.
Ambil asam acetat glasial 5 ml masukkan ke dalam beaker glass lalu pindahkan ke gelas ukur sampai 5 ml
Masukkan ke dalam beaker glass asam oxalat dan amonium oxalat dan juga asam acetat glasial, kemudian aduk dengan batang pengaduk.
Add kan dengan aquadest sampai 150 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
15. PEMBUATAN REAGEN LUGOL
Fungsinya : Untuk pemeriksaan urobilin urine.
Komposisi :
Iodium 1 gram
Kalium Iodium 2 gram
Aquadest 300 ml
Cara Pembuatan :
Timbang iodium sebanyak 1 gram dan kalium iodium sebanyak 2 gram dengan menggunakan neraca elektrik dan gelas arloji.
Masukkan ke dalam beaker glass.
Add kan dengan aquadest sampai 300ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
E. PEMBUATAN REAGEN YANG DIGUNAKAN DI LABORATORIUM HEMATOLOGI
1. PEMBUATAN ATAU PEMILIHAN KAPAS
Fungsinya : Untuk mengambil atau mengoleskan alkohol
Komposisi :
Kapas
Cara Pembuatan :
Siapkan kapas putih yang bersih, lalu ambil 1 kpas tersebut secukupnya atau berukuran sedang
Kapas tersebut dilebarkan dan diratakan atau dipipihkan
Lalu kapas Tadi dilipat ke dalam dan dibagi sama besar menjadi 3 bagian
Kemudian tekan ujung kapas lalu digulung sambil terus menerus menekan kapas tersebut dengan jempol agar menjadi padat. Setelah digulung, rapikan kembali agar tampak rapi dan enak dilihat. Ukurannya harus sedang tidak boleh terlalu besar atau terlalu kecil.
2. PEMBUATAN REAGEN ALKOHOL 70 %
Fungsinya : Sebagai disenfektan pada saat pengambilan darah
Komposisi :
Alkohol 96 % 73 ml
Aquadest add 100 ml
Perhitungan :
Dik : V1 : 100 ml
C1 : 70 %
C2 : 96 %
Dit : V2 : …..?
Peny :
V1. C1 = V2. C2
100. 70 % = V2. 96 %
7000 = 96 . V2
V2 = 7000:96
V2 = 72,91 ml
V2 = 73 ml
Cara Pembuatan :
Pipet Alkohol 96% sebanyak 73 ml.
Masukkan ke dalam beaker glass.
Add kan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket
3. PEMBUATAN REAGEN NaCl 0,85-0,9 %
Fungsinya : - Untuk pemeriksaan daya tahan osmotik
- Sebagai anti koagulan
Komposisi :
NaCl 0,9 gram
Aquadest 100 ml
Perhitungan :
NaCl 0,9% = 0,9 x 100
100
= 0,9 gram
Cara pembuatan :
Timbang NaCl 0,9 gram dengan menggunakan neraca elektrik dan gelas arloji.
Masukkan ke dalam beaker glass.
Add kan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket
4. PEMBUATAN REAGEN NATRIUM SITRAT 3,8 %
Fungsinya : Untuk pemeriksaan LED, BSE.
Komposisi :
Natrium Sitrat 3,8 gram
Aquadest add 100 ml
Perhitungan :
Natrium Sitrat 3,8% = 3,8 x 100
100
= 3,8 gram
Cara Pembuatan :
Timbang Natrium sitrat 3,8 gram dengan menggunakan neraca elektrik dan gelas arloji.
Masukkan ke dalam beaker glass.
Add kan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket
5. PEMBUATAN REAGEN HCl 0,1 N
Fungsinya : Untuk pemeriksaan Hb
Komposisi :
HCl 8,36 ml
Aquadest 100 ml
Perhitungan :
Dik : HCl = 37%
H = 1
Cl = 35,5
BJ = 1,18
BE = BM =36,5
Dit : X = …..?
Peny :
X. BJ. % = L. N
BE. V
X = BE.V. L. N
BJ. %
X = 36,5 . 1
43,66
X = 8,36 ml
Cara Pembuatan :
Pipet HCl 37% sebanyak 8,36 ml sebanyak 80 ml.
Masukkan ke dalam beaker glass.
Add kan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
5. PEMBUATAN REAGEN CuSO4
Fungsinya : Untuk pemeriksaan Hb
Komposisi :
CuSO4 BJ 1053
Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan :
Timbang CuSO4 sebanyak 7,95 gram
Larutkan ke dalam 50 ml aquadest didalam labu ukur ( untuk BJ=1100)
Untuk membuat larutan menjadi BJ = 1053 maka larutan taedi diambil sebanyak 26 ml.
Masukkan ke dalam labu ukur dan dilarutkan aquadest hingga 50 ml dan homogenkan.
Masukkan kedalam botol reagen dan beri etiket.
6. PEMBUATAN REAGEN TURK
Fungsinya : Untuk pemeriksaan sel darah putih ( leukosit)
Komposisi :
Gentian Violet (serbuk) 1 % 1 ml : untuk memberi warna pada inti leukosit
Asam Acetat Glasial 2 % 1 ml : untuk melisiskan sel selain leukosit.
Aquadest add 100 ml
Cara Pembuatan :
Pipet gentian violet 1 % sebanyak 1 ml dan asam acetat glasial 2 % sebanyak 1 ml
Masukkan ke dalam beaker glass
Add kan aquaddest sampai 100 ml, homogenkan
Masukkan kedalam botol reagen dan beri etiket
7. PEMBUATAN REAGEN HAYEM
Fungsinya : Untuk menghitung jumlah eritrosit
Komposisi :
Na2SO4 2,5 gram
NaCl 0,5 gram
HgCl2 (Merkuri klorida) 0,25 gram
Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan :
Timbang Na2SO4 sebanyak2,5 gram, NaCl sebanyak 0,5 gram, dan HgCl2 sebanyak 0,25 gram.
Masukkan semua bahan ke dalam beaker glass
Add kan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket
8. PEMBUATAN REAGEN GOWERS
Fungsinya : Untuk menghitung jumlah eritrosit
Komposisi :
Na2SO4 0,25 gram
CH3COOH 16,65 ml
Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan :
Timbang Na2SO4 sebanyak 0,25 gram
Masukkan semua bahan ke dalam beaker glass
Masukkan sedikit aquadest, homogenkan
Pipet CH3COOH sebanyak 16,65 ml kemudian masukkan ke dalam beaker glass yang berisi Na2SO4 tadi.
Add kan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket
9. PEMBUATAN REAGEN BCB ( BRILLIANT CRESSYI BLUE )
Fungsinya : Untuk memeriksa hitung jumlah retikulosit
Komposisi :
BCB 1 gram
Natrium Sitrat 0,6 gram
Natrium Klorida 0,72 gram
Aquadest add 100 ml
Cara Pembuatan :
Timbang BCB sebanyak 1 gram, natrium sitrat sebanyak 0,6 gram, dan natrium klorida sebanyak 0,72 gram.
Masukkan semua bahan ke dalam beaker glass
Add kan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket
10. PEMBUATAN REAGEN REES AND ECKER
Fungsinya : Untuk menghitung jumlah trombosit
Komposisi :
Natrium Sitrat 3,8 gram
Formaldehid 40% 2 ml
BCB 30 mg
Aquadest 100 ml
Cara Pembuatan :
Timbang Natrium Sitrat sebanyak 3,8 gram dan BCB sebanyak 30 mg
Masukkan semua bahan ke dalam beaker glass
Masukkan sedikit aquadest, homogenkan
Pipet formaldehid 40 % sebanyak 2 ml kemudian masukkan ke dalam beaker glass yang berisi Natrium sitrat tadi.
Add kan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket
11. PEMBUATAN REAGEN AMONIUM OXALAT 1%
Fungsinya : Untuk menghitung jumlah trombosit
Komposisi :
Amonium Oxalat 1 gram
Aquadest add 100 ml
Perhitungan :
Amonium Oxalat 1% = 1 x 100
100
= 1 gram
Cara Pembuatan :
Timbang amonium oxalat sebanyak 1 gram.
Masukkan semua bahan ke dalam beaker glass
Add kan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket
12. PEMBUATAN REAGEN VON DUNGERS ( REAGEN EOSIN )
Fungsinya : Untuk menghitung jumlah eosinofil
Komposisi :
Eosin 2 % 5 ml
Aseton 5 ml
Aquadest add 100 ml
Cara Pembuatan :
Pipet eosin 2 % sebanyak 80 ml dan aseton sebanyak 5 ml.
Masukkan ke dalam beaker glass.
Add kan dengan aquadest sampai 100 ml, homogenkan.
Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
Jumat, 28 Mei 2010
taenia saginata
nih sedikit pengetahuan tentang taenia saginata, saya copy dari dosen saya... inget ni bukan tulisan saya..tapi dosen saya,,,hhe... enjoy..
Taenia saginata
Pendahuluan
Cestoda adalah salah satu klass dari phyllum Plathyehelminthes, yang merupakan salah satu kelompok parasit pada ikan dan juga pada manusia. Parasit ini menyebabkan kerugian secara ekonomi terutama pada penurunan kualitas hasil perikanan, dan dapat merugikan kesehatan manusia. Studi tentang parasit cestoda pada ikan yang berhubungan dengan siklus hidupnya dan kesehatan manusia telah banyak dilakukan di negara maju yang berada di daerah sub tropis.
Taenia saginata atau cacing pita sapi baru dapat teridentifikasi secara jelas setelah pada tahun 1782 berkat Goeze dan Leuckart. Pada saat itu diketahui adanya hubungan antara infeksi cacing Taenia saginata dengan larva sistisercus bovis yang ditemukan pada daging babi dan daging sapi. Hospes definitive dari cacing pita Taenia saginata adalah manusia, sedangkan hewan memamah biak dari keluarga Bovidae, seperti sapi dan kerbau adalah hospes perantaranya . Nama penyakitnya disebut taeniasis Taenia saginata . Taenia saginata bersifat kosmopolit. Paling banyak terdapat di daerah Afrika, Timur Tengah, Eropa Barat, Meksiko dan Amerika Selatan .
Ukuran
cacing ini tergolong dalam kategori besar. Ukuran tubuhnya yang
panjang dapat mencapai 4 s.d. 12 meter. Terdiri dari kepala yang
disebut skoleks, leher dan strobila yang merupakan rangkaian
ruas-ruas proglotid sebanyak 1000 s.d. 2000 buah. Skoleks hanya
berukuran 1 s.d. 2 milimeter, mempunyai empat batil isap dengan
otot-otot yang kuat tanpa kait-kait. Bentuk leher sempit, ruas-ruas
tidak jelas dan di dalamnya tidak terlihat struktur tertentu.
Strobilus terdiri rangkaian proglotid yang teribagi menjadi tiga
bagian, proglotid yang belum dewasa (immature), dewasa (mature) dan
yang mengandung telur (gravid). Cacing pita termasuk sub kelas
cestoda, kelas cestoidean, filum platyhelminthes. Cacing dewasanya
menempati saluran usus vertebrata dan larvanya hidup di jaringan
vertebrata dan invertebrate. Bentuk badan cacing dewasa memanjang
menyerupai pita. Bentuknya pipih dorsoventral, tidak mempunyai alat
cerna atau saluran askular dan biasanya terbagi menjadi segmen-segmen
yang disebut proglotid yang apabila dewasa nanti, akan berisi
alat-alat reproduksi baik jantan maupun betina. Ujung-ujung bagian
anterior berubah menjadi sebuah alat pelekat, disebut skoleks.
Skoleks dilengkapi dengan alat penghisap dan kait-kait. Spesies
penting yang dapat menimbulkan kelainan pada manusa umumnya adalah :
Diphyllobothrium latum, Hymenolepis nana, Echinococcus granulosus,
Echinococcus multilocularis, Taenia saginata, dan Taenia
solium.Sifat-sifat umum untuk sub kelas ini antara lain, badan cacing
dewasa yang terdiri dari skoleks, leher dan strobila. Skoleks yaitu
kepala yang merupakan alat untuk melekatkan, dilengkapi dengan batil
isap atau dengan lekuk isap. Leher yaitu tempat pertumbuhan badan.
Dan strobila merupakan badan yang terdiri atass segmen-segmen yang
disebut proglotid. Tiap proglotid dewasa mempunyai susunan alat
kelamin jantan dan betina yang lengkap, keadaan ini disebut
hermafrodit.
Daur Hidup
Sebuah
proglotid gravid berisi kira-kira 100.000 buah telur. Pada saat
proglotid terlepas dari rangkaiannya dan menjadi koyak, terdapat
cairan putih susu yang mengandung banyak telur mengalir keluar dari
sisi anterior proglotid tersebut, terutama jika proglotid
berkontraksi pada saat bergerak. Telur-telur ini akan melekat
pada
rumput bersama dengan tinja, bila orang berdefekasi di padang rumput
atau karena tinja yang hanyut dari sungai pada saat banjir. Ternak
yang makan rumput ini akan terkontaminasi dan dihinggapi cacing
gelembung, karena telur yang tertelan bersama rumput tersebut akan
dicerna dan embrio heksakan akan menetas di dalam tubuh ternak.
Embrio heksakan yang menetas di saluran pencernaan ternak akan
menembus dinding usus, masuk ke saluran getah bening atau darah dan
ikut dengan aliran darah ke jaringan ikat di sela-sela otot untuk
tumbuh menjadi cacing gelembung yang disebut sistiserkus bovis, yaitu
larva Taenia saginata yang terbentuk setelah 12 s.d. 15 minggu.
Bila
cacing gelembung yang ada di otot hewan ini termakan oleh manusia,
karena proses pemasakan yang tidak atau kurang matang, maka skoleknya
akan keluar dari cacing gelembung dengan cara evaginasi. Skolek akan
melekat pada mukosa usus halus seperti jejunum. Cacing Taenia
saginata dalam waktu 8 s.d. 10 minggu akan menjadi dewasa.
Telur
dilepaskan bersama proglotid atau tersendiri melalui lubang uterus.
Embrio di dalam telur disebut onkosfer berupa embrio heksakan yang
tumbuh menjadi bentuk infektif dalam hospes perantara. Infeksi
terjadi jika menelan larva bentuk infektif atau menelan telur. Pada
Cestoda dikenal dua ordo, yang pertama Pseudophyllidea dan yang kedua
adalah Cyclopyllidea.
Patologi dan Gejala Klinis
Gejala
yang sering muncul pada penderita cacing pita Cestoda adalah perut
mulas tanpa sebab, nafsu makan menurun, mual, kekurangan gizi, berat
badan menurun. Telur cacing pita babi bisa menetas di usus halus,
lalu memasuki tubuh atau struktur organ tubuh., sehingga muncul
penyakit Cysticercosis, cacing pita cysticercus sering berdiam di
jaringan bawah kulit dan otot, gejalanya mungkin tidak begitu nyata ;
tetapi kalau infeksi cacing pita Cysticercus menjalar ke otak, mata
atau ke sumsum tulang akan menimbulkan efek lanjutan yang parah.
Infeksi
oleh cacing pita genus Taenia di dalam usus biasanya disebut
Taeniasis. Ada dua spesies yang sering sebagai penyebab-nya, yaitu
Taenia solium dan Taenia saginata. Menurut penelitian di beberapa
desa di Indonesia, angka infeksi taenia tercatat 0,8–23%.,
frekuensinya tidak begitu tinggi. Namun demikian, cara penanganannya
perlu mendapat perhatian, terutama kasus-kasus taeniasis Taenia
solium yang sering menyebabkan komplikasi sistiserkosis.
Cara
infeksinya melalui oral karena memakan daging babi atau sapi yang
mentah atau setengah matang dan me-ngandung larva cysticercus. Di
dalam usus halus, larva itu menjadi dewasa dan dapat menyebabkan
gejala gastero- intestinal seperti rasa mual, nyeri di daerah
epigastrium, napsu makan menurun atau meningkat, diare atau
kadang-kadang konstipasi. Selain itu, gizi penderita bisa menjadi
buruk se-hingga terjadi anemia malnutrisi. Pada pemeriksaan darah
tepi didapatkan eosinofilia. Semua gejala tersebut tidak spesifik
bahkan sebagian besar kasus taeniasis tidak menunjukkan gejala
(asimtomatik).
Cacing
dewasa Taenia saginata biasanya menyebabkan gejala klinis yang
ringan, seperti sakit ulu hati, perut merasa tidak enak, mual,
muntah, mencret, pusing atau gugup. Gejala-gejala tersebut disertai
dengan ditemukannya proglotid cacing yang bergerak-gerak lewat dubur
bersama dengan atau tanpa tinja. Gejala yang lebih berat dapat
terjadi, yaitu apabila proglotid menyasar masuk apendiks, atau
terdapat ileus yang disebabkan obstruksi usus oleh strobilla cacing.
Berat badan tidak jelas menurun. Eosinofilia dapat ditemukan di darah
tepi.
Meskipun
infeksi ini biasanya tidak menimbulkan gejala, beberapa penderita
merasakan nyeri perut bagian atas, diare dan penurunan berat
badan.
Kadang-kadang penderita bisa merasakan keluarnya cacing
melalui duburnya.
Diagnosis
Diagnosis
biasanya ditegakkan berdasarkan ditemukannya cacing di dalam tinja.
Sepotong selotip ditempelkan di sekeliling lubang dubur, lalu dilepas
dan ditempelkan pada sebuah kaca obyek dan diperiksa dibawah
mikroskop untuk melihat adanya telur parasit. Melalui mikroskop
memeriksa sample tinja apakah ada telur cacing parasit, ookista
protozoa dan takizoit.
Diagnosa
dapat ditegakkan berdasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan
laboratorium. Anamnesis: penderita pernah mengeluarkan benda pipih
berwarna putih seperti “ampas nangka” bersama tinja atau keluar
sendiri dan bergerak-gerak. Benda itu tiada lain adalah potongan
cacing pita (proglotid). Cara keluarnya proglotid Taenia solium
berbeda dengan Taenia saginata. Proglotid Taenia solium biasanya
keluar bersama tinja dalam bentuk rangkaian 5–6 segmen. Sedangkan
Taenia saginata, proglotidnya keluar satu-satu bersama tinja dan
bahkan dapat bergerak sendiri secara aktif hingga keluar secara
spontan.
Pemeriksaan laboratorium
Secara
makroskopis (melihat tanpa menggunakan alat), yang diperhatikan dalam
hal ini adalah bentuk proglotidnya yang keluar bersama tinja.
Bentuknya cukup khas, yaitu segiempat panjang pipih dan berwarna
putih keabu-abuan.
Pemeriksaan
secara mikroskopis untuk mendeteksi telurnya dapat dikerjakan dengan
preparat tinja langsung (directsmear) memakai larutan eosin. Cara ini
paling mudah dan murah, tetapi derajat positivitasnya rendah. Untuk
mendapatkan hasil positivitas yang lebih tinggi, pemeriksaan
dikerjakan dengan metoda konsentras (centrifugal flotation) atau
dengan cara perianal swab memakai cellophane tape.
Gambar
5: Proglotid mature/gravid Taenia saginata
Jika
hanya menemukan telur dalam tinja, tidak bisa dibedakan taeniasis
Taenia solium dan taeniasis Taenia saginata. Agar dapat
membedakannya, perlu mengadakan pemeriksaan scolex dan proglotid
gravidnya. Scolex dan proglotid gravid dibuat preparat permanen
diwarnai dengan borax carmine atau trichrome, kemudian dilihat di
bawah mikroskop. Dengan memperhatikan adanya kait-kait (hooklet) pada
scolex dan jumlah percabangan lateral uterusnya, maka dapat dibedakan
spesies Taenia solium dan Taenia saginata. Pada scolex Taenia solium
terdapat rostellum dan hooklet, sedangkan pada Taenia saginata tidak
terdapat. Percabangan lateral uterus Taenia solium jumlahnya 7–12
buah pada satu sisi, dan Taenia saginata 15-30 buah.
Ada
cara yang lebih sederhana untuk memeriksa proglotid gravid, yaitu
dengan memasukkan proglotid itu ke dalam larutan carbolxylol 75%.
Dalam waktu satu jam, proglotid menjadi jernih dan percabangan
uterusnya tampak jelas. Cara lainnya yang paling sederhana dan
gampang dikerjakan ialah dengan menjepitkan proglotid yang masih
segar di antara dua objek gelas secara pelan dan hati-hati. Proglotid
akan tampak jernih dan percabangan uterusnya yang penuh berisi telur
tampak keruh. Pemeriksaan bisa gagal apabila percabang- an uterusnya
robek dan semua telurnya keluar .
Pengobatan
Cara
pengobatan berbagai penyakit parasit usus berbeda, harus memakai obat
cacing menurut resep dokter. Obat-obat untuk memberantas cacing pita
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu taeniafuge dan taeniacide.
Taeniafuge ialah golongan obat yang menyebabkan relaksasi otot cacing
sehingga cacing menjadi lemas. Contohnya: kuinakrin hidroklorid
(atabrin), bitionol dan aspidium oleoresin. Pemakaian obat ini mutlak
memerlukan purgativa untuk mengeluarkan cacingnya. Sedangkan
taeniacide adalah golongan obat yang dapat membunuh cacing.
Contohnya: niklosamid (yomesan), mebendazol dan diklorofen. Pemakaian
obat ini tidak mutlak memerlukan purgativa.
Tujuan
pengobatan taeniasis ialah untuk mengeluarkan semua cacing beserta
scolex-nya dan juga mencegah terjadinya sistiserkosis, terutama pada
kasus taeniasis Taenia solium. Obat-obat yang kini lazim dipakai
adalah niklosamid dan mebendazol. Sedangkan kuinakrin hidroklorid dan
aspidium oleoresin walaupun cukup efektif, tetapi karena bersifat
toksik maka sekarang jarang dipakai. Selain itu, ada beberapa obat
tradisional yang cukup ampuh buat membasmi cacing pita, yaitu biji
labu merah dan getah buah manggis muda.
Niklosamid
hingga saat ini masih dianggap obat paling baik untuk taeniasis dari
segi efektivitasnya. Obat tersedia dalam bentuk tablet 500 miligram.
Dosis dan cara pemberian: 2 gram dibagi dua dosis dengan interval
pemberian 1 jam. Obat harus dikunyah sebelum diminum. Dua jam setelah
pemberian obat, penderita diberi minum purgativa magnesiumsulfat 30
gram untuk mencegah terjadinya sistiserkosis. Keuntungan dari obat
ini ialah tidak memerlukan persiapan diet ataupun puasa, dan efek
sampingnya juga ringan. Namun menurut pengalaman penulis, efektivitas
obat ini akan lebih baik apabila penderita dipuasakan sebelum
meminumnya. Angka kesembuhan tercatat 95% lebih. Kerugiannya: obat
ini tidak beredar resmi di pasaran sehingga sulit didapatkan. Di
samping itu harganya pun mahal.
Agaknya
mebendazol merupakah salah satu taeniacide yang mempunyai masa depan
cerah dan kini masih dalam penyelidikan. Mebendazol adalah
anthelmintik berspektrum lebar. Dosisnya 300 miligram dua kali sehari
selama tiga hari berturut-turut. Dua hari setelah pengobatan,
penderita diberi minum purgativa magnesiumsulfat 30 gram, terutama
pada kasus taeniasis Taenia solium untuk mencegah terjadinya
sistiserkosis. Menurut beberapa hasil penelitian, angka kesembuhan
tercatat 50 — 100%. Dilaporkan pula bahwa efek samping obat ini
sangat ringan. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, beberapa
peneliti menganjurkan dosis lebih tinggi (sampai 1200 miligram per
hari selama lima hari). Praktek pengobatan taeniasis dengan
mebendazol cukup memuaskan. Namun beberapa peneliti masih
menyangsikan keampuhan mebendazol, bahkan ada yang melaporkan gagal
sama sekali. Dengan demikian, efektivitas mebendazol pada taeniasis
masih perlu diselidiki lebih lanjut (Ketut Ngurah, 1987). Tinja
diperiksa kembali setelah 3 dan 6 bulan untuk memastikan bahwa
infeksi telah terobati.
Obat
alternative untuk infeksi tenia ada yang dalam bentuk obat alami.
Obat alami atau obat tradisional ini antara lain dengan mengkonsumsi
biji labu merah, biji pinang dan lain-lain.
Pencegahan
Cara
untuk mencegah agar tidak menderita gangguan yang disebabkan oleh
Taenia saginata antara lain sebagai berikut :
Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan dagiikan), buah dan melon dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air.
Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.
Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan menjelang makan atau sesudah buang air besar.
Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari sumber air.
Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus secara rutin diadakan pemeriksaan parasit, sedini mungkin menemukan anak yang terinfeksi parasit dan mengobatinya dengan obat cacing.
Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan berobat ke rumah sakit.
Meski kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala sama sekali, tetapi mereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain, dan telur cacing akan secara sporadik keluar dari tubuh bersama tinja, hanya diperiksa sekali mungkin tidak ketahuan, maka sebaiknya secara teratur memeriksa dan mengobatinya.
Epidemiologi
Cacing
Taenia saginata sering ditemukan di Negara yang penduduknya banyak
makan daging sapi atau kerbau. Cara penduduk memakan daging tersebut
yaitu matang, setengah matang atau bahkan mentah sama sekali tanpa
proses pemasakan. Cara makan dan cara memelihara ternak inilah yang
kemudia menjadi berperan dalam proses terjadinya infeksi cacing
Taenia. Ternak yang dilepas di padang rumput lebih mudah dihinggapi
cacing gelembung tersebut, daripada ternak yang dipelihara dan
dirawat dengan baik di kandang secara tertutup. Pencegahan dapat
dilakukan antara lain dengan cara mendinginkan daging yang akan
dikonsumsi sampai suhu -10 derajat Celsius, iradiasi dan memasak
daging sampai matang.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonym. 2009. Bahan penyuluhan pencegahan penyakit parasit usus yang sering Terjadi. http://www.cdc.gov.tw/public/attachment/821314143071.pdf.
Anonym. 2009. Taenia solium. Http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.kkict.org/~kkhealth/picture/taenia_lifecycle.gif&imgrefurl=http://www.kkict.org/~kkhealth/pagehome/taenia_solium.html&usg=__i5ftrvugt518th2cdyrxfpdrww8=&h=435&w=586&sz=22&hl=id&start=1&um=1&tbnid=mg6dp1-zjgbjum:&tbnh=100&tbnw=135&prev=/images%3fq%3dtaenia%2bsaginata%26hl%3did%26sa%3dx%26um%3d1
Gunarto latama. 2009. Cestoda: parasit cacing pada ikan dan ke manusia.
Ketut ngurah. 1987. Taeniasis dan sistiserkosis. Http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10_taeniasisdansistiserkosis.pdf/10_taeniasisdansistiserkosis.html
Nur cahyo. 2009. Infeksi cacing pita sapi. Http://www.indonesiaindonesia.com/f/11346-infeksi-cacing-pita-sapi/
Srisasi gandahusada, dkk. 2006. Parasitologi kedokteran. Jakarta : fakultas kedokteran ui edisi ketiga.
Langganan:
Postingan (Atom)